Sunday, April 27, 2008

GSM Vs CDMA, Perseteruan Telekomunikasi "Mobile"


Dalam globalisasi, survival sebuah perusahaan atau jasa tergantung keberhasilannya dalam memenangkan "pertempuran standar". Pemenang akan mendominasi pasar-bahkan berkembang menjadi monopoli-pecundang akan secara perlahan menghilang dari arena pertempuran.
Demikianlah seleksi alami akan terjadi di dunia teknologi, termasuk telekomunikasi bergerak (mobile). Persaingan antara GSM dan CDMA menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Teknologi GSM digunakan oleh IM3, Telkomsel, Satelindo, dan Exel. Adapun CDMA 2000 1X merupakan teknologi yang digunakan oleh "Serigala Berbulu Domba TelkomFlexi".
Perlu dicatat bahwa tidak ada jaminan teknologi yang terbaik akan memenangkan pertempuran. Bagi mereka yang cukup tua mungkin masih ingat pertempuran standar video Betamax dengan VHS tahun 70–80-an. Pada tahun 1975, Sony meluncurkan standar Betamax, yang dilawan oleh Japan Victor Company (JVC) dengan standar VHS setahun kemudian. Terbukti pada tahun 1985-an, 90 persen video player di dunia menggunakan VHS. Betamax kalah!
Pada akhirnya, pasar dan penjualan yang akan menentukan bukan teknologi. Dibandingkan dengan VHS, Betamax lebih unggul tapi gagal. Karena VHS, sebagaimana GSM dalam telepon seluler, diadopsi sebagai de facto yang akan menjadi standar berkat pemasaran unggul yang dilakukan oleh JVC, Panasonic, dan lainnya.
DALAM dunia komputer PC di awal 90-an, standar IBM PC sebetulnya tidak menarik. Ada banyak alternatif yang dapat bekerja lebih baik dan bekerja dengan lebih efisien. Saingan terkuat IBM PC adalah Apple dengan Machintosh-nya dan kemudian PowerPC.
Ternyata, keterbukaan (openess) teknologi IBM PC yang menyebabkan banyaknya pabrikan dan perusahaan software bermunculan. Akibatnya, harga menjadi murah dan barang mudah diperoleh. Pasaran komputer PC pasar yang lengkap dan kompleks terbentuk, tidak peduli seberapa baik alternatif atau kompetitor-mereka hanya akan masuk ke pasar niche. Untuk orang yang ingin menggunakan komputer, PC adalah jawaban terbaik. Apple Machintosh kalah!
Di seluruh dunia, lusinan teknologi terlibat dalam pertempuran standar. Pertempuran sengit terjadi pada wilayah pasar, di mana terdapat dampak jaringan yang sangat kuat. Pengguna memberikan nilai lebih pada kompatibilitas dan interkoneksi satu dengan lainnya. Strategi ampuh untuk menang adalah menarik pelanggan sebanyak mungkin pengguna, seperti terlihat pada Betamax versus VHS atau juga pada Apple versus PC.
Hari ini, pertempuran standar telekomunikasi mobile terjadi pada GSM versus CDMA. Semoga Indonesia tidak melakukan kesalahan fatal dalam melangkah. Semoga kita bisa belajar dari kekalahan Betamax dan Apple. Mari kita lihat secara saksama pertempuran telekomunikasi mobile yang terjadi.
SEPERTI perkiraan sebuah standar yang sepuluh tahun lebih muda, CDMA mungkin mempunyai beberapa kelebihan teknologi dibanding GSM. Teknologi CDMA dapat memasukkan beberapa kanal pembicaraan dalam sebuah potongan spektrum frekuensi, tahan terhadap derau (noise), dan tahan kemacetan.
Jika tidak ada teknologi telepon mobile yang lain di atas bumi ini, dan kompetisi hanya berbasis pada kemajuan teknologi semata, mungkin CDMA akan menang. Sialnya, di dunia ini CDMA bukan satu-satu-nya standar, sehingga CDMA tidak dapat memenangkan pertempuran.
Coba lihat perspektif pasar dari EMC Database (www.emc-database.com), Eropa dan Asia menguasai 73,2 persen pangsa pasar seluler dunia dengan total pelanggan sekitar satu miliar. Amerika Utara yang merupakan markas CDMA hanya menguasai 13 persen saja, itu pun hanya sebagian menggunakan CDMA.
Secara teknologi CDMA hanya menguasai 12 persen pangsa pasar, sedangkan GSM mendekati 69 persen. Pasar mobile data 72 persen dikuasai oleh GSM, CDMA 20001X kalah telak. Pengguna prabayar 81 persen dikuasai oleh GSM. Konsekuensinya sangat sederhana, lebih banyak telepon GSM di pasar daripada CDMA.
Tidak heran jika fitur terbaik muncul di GSM terlebih dulu (kadang bertahan di GSM). Semua negara di Eropa dan Timur Tengah, sebagian negara Asia, Afrika, dan Australia menggunakan GSM. Roaming antar-510 operator GSM di 174 negara merupakan kenyataan hidup sehari-hari.
Cobalah berkiriman SMS dengan rekan-rekan yang berada di luar negeri, semua dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Ambil ponsel GSM Anda ke Amerika Serikat dan Kanada yang merupakan markas besar CDMA, jangan kaget ponsel GSM Anda beroperasi juga di Amerika Utara. Sekadar catatan, saat saya menulis tulisan ini sedang berada di Ottawa, Kanada. Coba sebaliknya dengan CDMA, sengsara.
Salah satu catatan menarik diperoleh dari Wireless Developer Network dari 3GSM World Congress di Cannes Februari 2003. Dengan mengesampingkan semua prasangka dan argumentasi yang terlalu sederhana, pertanyaan yang di jawab adalah dengan teknologi apa operator GSM, TDMA, maupun CDMA akan memaksimalkan pemasukan masa mendatang?
Pemilihan jalur evolusi teknologi adalah keputusan jangka panjang. Jalur mana yang harus digunakan agar investasi minimal dalam implementasi jaringan telekomunikasi mobile 3G yang berorientasi data kecepatan tinggi dengan legasi teknologi saat ini?
Beberapa kesimpulan yang diambil oleh Nothstream (www.northstream.se) di 3GSM antara lain, introduksi jasa data tidak berhubungan dengan teknologi infrastruktur yang digunakan. Artinya, sangat mungkin sebuah operator gagal memberikan jasa data walaupun teknologi infrastruktur di bawahnya sangat mendukung.
Teknologi GSM 1X dari Qualcomm tampaknya menjadi salah satu usaha Qualcomm untuk memberikan jalur bagi operator GSM untuk migrasi ke data kecepatan tinggi seperti pada CDMA 2000 1X (serigala berbulu domba). Sial bagi Qualcomm, kecepatan data yang tinggi bukan pendorong utama adopsi jasa data.
Jasa yang akan diadopsi oleh pasar mobile data biasanya tidak menuntut kecepatan data. Akhirnya, Nothstream menyimpulkan bahwa operator GSM akan memilih WCDMA sebagai jalur evolusinya. Teknologi GSM dengan jasa data GPRS akan terus mendominasi pasar global untuk beberapa tahun mendatang, sedangkan WCDMA akan menjadi teknologi 3G yang dominan untuk waktu yang lama.
Sangat tidak masuk di akal jika ada negara yang memberikan mandat hanya komputer Macintosh yang dapat beroperasi. Analoginya cukup jelas, Qualcomm pengembang teknologi CDMA, seperti Apple Computer dengan Macintosh. Mereka berusaha menutup rapat teknologinya dan tidak menginginkan yang lain menggunakan teknologi mereka. Dan, mereka menutup rapat keburukannya, jika ada. Maukah Anda tergantung? Saya tidak.

Onno W Purbo Penulis Teknologi Informasi Independen, Mantan Dosen ITB

First, they quibbled over licences; now, they are fighting over spectrum. At an open house session organised by the Telecom Regulatory Authority of India (Trai) recently, the GSM players walked out in protest. Why?At the core of the debate between GSM and CDMA players is the 1900 MHz band. At stake, say the groups, lies the future of wireless telephony in India. This time, equipment vendors like Nokia (GSM) and Lucent Technologies (CDMA) have joined the fight. The contentious phrasing at the session was in discussing "450 MHz or any other band". GSM players accused Trai and the CDMA team of being intentionally vague. "Are we discussing the 1900 band or not?" said the chief technology officer of a GSM player. This is what is pricking the two lobbies. GSM players argue that they need the 1900 MHz band to migrate to high-speed 3G (literally, third generation) networks. CDMA operators, currently on the 800 MHz band, also say they need the additional spectrum for their 3G services. The GSM lobby is opposing this. Says T.V. Ramachandran, director general of the GSM lobby group, Cellular Operators Association of India: "The allocation of the PCS 1900 band [to CDMA] would result in major interference to... GSM operators. It will block the progress of 30 million subscribers to 3G." (See 'Spectrum Overlap') GSM would rather share the 1800 band with CDMA players for current 2G services and keep the 1900 band exclusively for 3G. Says Josef F. Huber, a London-based senior spectrum advisor to the GSM Association: "If India adopts the PCS 1900 [non-3G], it will isolate itself from the rest of the world." The CDMA lobby argues this would make equipment availability an expensive problem, since globally just South Korea uses the 1800 MHz for high-speed data access. North America uses 1900 MHz; Europe and Japan use 2100 MHz for 3G services. At the end, the migration paths of both GSM and CDMA will converge. GSM will need to provide Wideband CDMA (WCDMA) to get to 3G. This implies that the two lobbies can co-exist peacefully, as in the US. Whether they will do so in India is another story.

No comments: